Pada dasarnya, setiap perempuan akan sadar dan yakin bahwa menjadi ibu itu adalah takdir. Kebanyakan perempuan juga pasti memahami teori bahwa menjadi ibu adalah suatu perjuangan. Ya, perjuangan. Selayaknya seorang pejuang di medan perang, pasti akan merasakan nyeri, entah itu karena tembakan, tusukan benda tajam, memar, bahkan mungkin bisa saja nyawa menjadi taruhan.
Begitupun seorang ibu. Tetapi lucunya, seorang perempuan menjadi ibu dan menjalani peran nya sebagai pejuang di medan perangnya, nyeri yang dirasakan itu gak selalu dalam bentuk nyata. Nyeri yang ibu rasakan itu gak melulu dalam bentuk berdarah, atau mungkin tampak nyata ketika dilakukan pemeriksaan fisik atau laboratorium. Karena, menurut sebagian besar ibu – ibu yang merespon pertanyaan di IG Story tentang keluhan yang dirasakan sebagai seorang ibu, jawaban nya itu hampir serupa, yaitu : nyeri pada seluruh atau beberapa bagian tubuh, gangguan pencernaan sepeti nyeri ulu hati, dan nyeri kepala.
Sepintas kalau di dengar, apa yang dirasakan ibu – ibu biasa aja, yaa gitu – gitu aja, bukan dianggap sesuatu yang kayaknya penting. Tapi kan, rasanya ganggu banget yaaa, gak nyaman, dan bikin seakan – akan gak powerful lagi kita tuh :p. Sekilas juga, saya tertawa membaca respon dari teman – teman ibu semua. Yang ada di benak saya saat itu adalah, oh ternyata satu ibu dan ibu lainnya itu tidak sendirian, karena ‘derita’ nya sama. Dan keluhan tersebut, ya gak bisa, gitu, kita sampaikan ke dokter untuk sekedar mencari solusi, karena kadang keluhan tersebut menjadi tidak spesifik.
Well, jika kondisi tersebut dilihat dan ingin ditangani dengan minum obat, maka jawabannya akan sangat mudah. Iya sangat mudah! Untuk keluhan nyeri pada tubuh, bisa kita gunakan obat analgetik oral golongan asetaminofen seperti Paracetamol, atau golongan NSAID seperti ibuprofen, begitu juga dengan nyeri kepala. Lalu jika nyeri nya pada bagian tubuh tertentu, bisa menggunakan obat analgetik topical seperti Voltaren, atau Counterpain supaya lebih tepat ke lokasi rasa nyeri nya. Dan jika keluhannya di saluran pencernaan atau ulu hati, ya bisa saja kita konsumsi magnesium sulfat seperti Promag, atau mungkin golongan proton-pump inhibitor seperti lansoprazole.
Sesaat mungkin bisa saja membaik, sembuh. Syukur Alhamdulillah, jika kondisi menjadi sehat permanen dan tidak ada keluhan lagi. Tetapi, di kondisi unik ini, terkadang keluhan seperti ini menjadi tidak hilang begitu saja, tetapi kembali lagi, sakit lagi, nyeri lagi, pegel lagi, pusing lagi, and so on, and so on… Jadi seakan – akan, ‘kok gak sembuh-sembuh sih?’ Nah, lho! Dan terkadang, kombinasi keluhan ini memberikan suatu sensasi yaitu sakit, atau tidak enak badan tetapi tidak tahu apa penyebabnya. Jadi, rasa-rasanya, jika hanya mengkonsumsi obat, seperti nya bukanlah jawaban untuk akar masalah ini.
Kondisi ini dalam medis disebut malaise. Malaise adalah perasaan tidak nyaman, pegal-pegal, dan lelah tanpa alasan yang jelas. Kondisi ini bukanlah penyakit, melainkan gejala dari gangguan medis tertentu. Malaise perlu digali dan dicari apa yang mendasarinya supaya dapat tertangani dengan benar dan tidak berulang. Atau jika berulang, sudah paham bagaimana cara menanganinya.
Kondisi malaise, atau di dalam ICD-10 code by WHO disebutkan sebagai other malaise and fatigue, dapat disebabkan oleh banyak hal, Kebanyakan penyebabnya adalah memang berupa underlying disease atau bahasa awamnya adalah ada penyakit yang mendasarinya. Dan ini bisa sangat beragam, sehingga membutuhkan expertise untuk menggali dan menerjemahkannya.
Terus, kalau malaise terjadi pada ibu-ibu, apakah artinya ibu-ibu tersebut ada penyakit setelah melahirkan dan menyusui? Tidak selalu begitu. Tenang, semua ada penjelasanya dalam dunia medis :p
Kondisi malaise pada ibu-ibu, jka memang tidak ditemukannya adanya penyakit-penyakit yang mendasari, seperti penyakit metabolic (HT, DM), atau penyakit lainnya, maka kondisi ini bisa kita sebut sebagai post-partum fatigue atau jika menyerang pada ibu-ibu dengan usia anak yang tidak lagi newborn atau bayi, bisa kita sebut sebagai chronic fatigue syndrome.
Post-partum fatigue, merupakan concern utama pada perempuan setelah melahirkan (Kline et al., 1998, Mercer, 1986, Troy, 2003). Ketika kondisi ini terus berlanjut, tidak tertangani dengan baik dan tidak hilang, dapat memiliki efek buruk pada kesehatan ibu, status fungsional, dan perkembangan bayi, menunda memperlambat proses pemulihan, dan berkontribusi pada kejadian penyapihan dini proses menyusui (McVeigh, 2000, Parks et al., 1999, Pugh dan Milligan, 1998, Tulman dan Fawcett, 1988, Tulman et al., 1990). Post-partum fatigue adalah pola yang berhubungan dengan kesehatan yang didefinisikan dalam literatur sebagai rasa sangat lelah dan penurunan kapasitas untuk pekerjaan fisik dan mental setelah melahirkan (Parks et al., 1999, Rubin, 1984; Troy).
Post-partum fatigue merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan adanya rasa lelah dan terjadinya penurunan kemampuan perempuan setelah melahirkan dalam menjalankan kegiatan sehari-hari yang berhubungan dengan kegiatan fisik dan mental. Jika kondisi ini dibiarkan dan terus berlanjut, maka akan memberikan dampak buruk kepada ibu, bayi dan kualitas produktifitas ibu itu sendiri, bahkan hingga ke lingkungan sekitar seperti pasangan, keluarga bahkan kerabat. Dan, bisa saja menjadi salah satu faktor kegagalan ASI eksklusif.
Merupakan hal yang wajar, jika seorang perempuan yang melahirkan mengalami kelelahan. Seorang perempuan mengalami peningkatan rasa lelah sebesar 20% saat melahirkan dan 50-60% dimasa setelah melahirkan. Penyebab dari kondisi ini tentunya adalah adanya proses melahirkan yang dialami seorang perempuan dan dilanjutkan dengan proses menyusui. Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan post-partum fatigue, yaitu:
- Proses melahirkan itu sendiri, yang terjadi selama berjam-jam, dan menghabiskan banyak energy, baik pada proses persalinan normal maupun C-section.
- Kurang tidur atau istirahat, dimana kondisi ini dapat memperparah kondisi sebelumnya, ketika seorang ibu merasa kelelahan dilanjutkan dengan tidak bisa me-recovery dirinya untuk tidur.
- Depresi, yang merupakan dampak lebih lanjut ketika ibu tidak bisa beristirahat dengan baik dan berada pada kondisi sangat kelelahan sehingga mempengaruihi kondisi psikis dan mental
- Menyusui, faktanya bahwa menyusui memang menyebabkan rasa lelah, karena dalam memproduksi ASI, tubuh ibu menggunakan 25% energinya dan bisa saja kehilangan hingga 1000 kalori dalam sehari dengan menyusui, and believe it or not, it’s a huge hard work :p
- Anemia dan hypotiroidism
Disamping itu, kehamilan yang pertama, terjadinya penurunan kadar hormon, kolik pada bayi baru lahir, dan pola makan serta olahraga yang buruk juga dapat berkontribusi terhadap post-partum fatigue. Karena kelelahan lebih merupakan gejala daripada suatu kondisi, maka jawabanya kelelahan hanya dapat dikelola tetapi tidak diobati.
Berkaitan dengan penjelasan diatas, jelas bahwa kondisi malaise yang dirasakan ibu-ibu adalah disebabkan karena kelelahan. Lalu mengapa kok berlanjut terus menerus dan berulang? Ya, karena tidak ditangani sesuai dengan penyebabnya, yang dilakukan hanya mengobati dimana sebetulnya itu hanya menghilangkan keluhan sesaat tapi tidak menyelesaikan masalah.
Lalu, bagaimana cara menangani post-partum fatigue? Menurut E-Book Foundations of Maternal-Newborn and Women’s Health Nursing oleh S S Murray, E S McKinney, ada beberapa hal yang dilakukan untuk mengelola post-partum fatigue, antara lain:
- Tidur ketika bayi juga tidur
- Membagi tugas saat malam
- Meminta bantuan kepada keluarga lain
- Mengenali pola tidur bayi
- Olahraga
- Relaksasi
- Minum air yang cukup
- Bijak dalam mengizinkan tamu untuk datang
- Menjalani diet yang baik untuk ibu menyusui
- Berhati-hati pada kondisi postnatal depression
Hmm, sepertinya sepele ya? Atau mungkin ada yang menjawab, kayaknya gak mungkin deh, bisa tidur, makan dengan baik, apalagi sampe olahraga. Eits, hati-hati. Jika kondisi ini tidak dikendalikan atau diupayakan sejak awal, maka akan memberikan dampak yang luar biasa untuk jangka panjang ke depannya. Salah satunya adalah chronic fatigue syndrome.
Chronic fatigue syndrome (CSF) merupakan kondisi fisik, tetapi dapat mempengaruhi emosi. Seseorang yang mengalami CSF, mengalami rasa kelelahan yang amat sangat, nyeri kepala, dan pusing. Kondisi emosional yang dialami dapat berupa kehilangan akan ketertarikan terhadap aktivitas yang biasa dilakukan sehari-hari atau perasaan tidak bersemangat. Biasanya ditandai dengan sering mengeluh akan banyak hal dan selalu memiliki pikiraan bersifat negative.
Gejala dan tanda lain dari CSF selain rasa kelelahan yang amat sangat, yaitu adanya gangguan tidur, mengalami post-exertional malaise, nyeri kepala yang memburuk terutama saat bangun dari posisi tidur, sulit bangun dari tempat tidur dan meakukan aktivitas daily seperti biasa, sulit berkonsentrasi bahkan sering lupa, dan gangguan pencernaan.
Naah, ketemu semua kaan, kondisinya, dari mulai nyeri kepala, nyeri seluruh badan, sampai ke masalah pencernaan. Karena bisa jadi, yang ibu-ibu rasakan itu adalah kondisi fatigue setelah melahirkan, atau kondisi kronis dari kelelahan yang dulu-dulu tapi tidak tertangani dengan baik.
Lalu solusi untuk CSF itu sendiri apa? Kembali lagi bahwa CSF itu di kelola bukan hanya di obati. Caranya dengan rutin berolahraga. Yes, gak bisa nggak, buibu. Karena dengan olahraga, kita berkutat dengan apa yang ada di diri kita, yaitu our mind, body and soul. Kita olahraga, intinya gak cuma biar keringetan dan jadi kurus, tetapi ada point yang lebih penting dari itu yaitu refreshment. Istilahnya, kalau komputer sudah over task, itu perlu di refresh bahkan di reset supaya siap bisa dipakai lagi. Nah kalo dipaksain, biasanya suka mati sendiri komputernya. Bagus kalo komputer bisa dinyalain lagi kalau sudah mati, lah kalo ibu-ibu?
Selanjutnya, ya istirahat yang cukup. Sama prinsipnya, setelah kita fatigue, baiknya kita tidur. Ikhlaskan segala kegiatanyang beum kita selesaikan, utamakan tidur dulu. Karena setelah istirahat sebentar, setelah itu, kondisi sudah recharged dan bis melakukan aktivitas dengan lebih baik lagi.
Kalau dirasa-rasa, terus rasanya gak akan cukup waktunya melakukan itu semua, maka bisa dengan membuat daftar prioritas kegiatan. Jika perlu, membuat jadwal kegiatan harian, dan coba patuh dengan daftar tersebut, agar semua bisa terukur dan aktivitas nya memiliki hasil yang maksimal.
Prinsipnya, it should be a very charmed life when you deliver a baby and becoming a new mom. Jadi, kalau ada ibu-ibu yang feel exhausted ketika punya bayi atau merasa riweuh, ribet, pusing, capek, pegel ketika jadi ibu-ibu yang punya toddler, it means, your emotional affected by fatigue that you didn’t treat it well from the roots.
Terima Kasih 🙂
Ditulis oleh :
dr.Fatia Anindita