Posted on: April 18, 2020 Posted by: Ibu Hebat Comments: 0

Hi Ibu Hebat! Kali ini kami akan share hasil diskusi kulwap “Menenal Bullying Lebih Dekat” bersama Ibu Septi Ambarwati M.Pd.Si. selaku Founderdan Ketua Komunitas Ibu Peduli Bullying, namun karena materi yang diberikan dalam bentuk mspower point dan tidak boleh disebarluaskan, hanya untuk konsumsi internal grup Ibu Hebat, jadi kami akan bagikan hasil Tanya-Jawab saja yah, semoga bisa mewakili materi ini untuk Ibu Hebat yang belum bisa ikutan kulwap yah. Silakan disimak!

Fenomena Bullying di ingkungan sekitar kita bukanlah hal yang baru, namun sampai saat ini belum mendapatkan perhatian khusus dan ditangani serius, terutama yang terjadi pada anak-anak, karena sebagian orang dewasa menganggap hanyalah kenakalan anak-anak sehingga selalu baik untuk dimaklumi. Padahal kenakalan anak-anak yang selalu dimaklumi akan memberikan dampak negative pada dirinya kelak, karena mereka menganggap untuk nakal itu tidak masalah. Oleh karena itu, marilah kita Ibu Hebat untuk paham lebih lanjut tentang Bullying tersebut, sehingga kita bisa mengantisipasi hal terburuk yang terjadi pada anak kita, baik sebagai korban atau menjadi pelaku Bullying tersebut.  

Bullying merupakan perilaku negatif (kekerasan fisik maupun psikis) yang dilakukan berulang-ulang di waktu berbeda oleh seseorang atau sekelompok orang, yang dilakukan secara sengaja untuk menimbulkan ketidaknyamanan dan memperoleh kekuasaan atau kontrol terhadap satu atau sekelompok orang lainnya, serta adanya ketidakseimbangan kekuatan antara pelaku dan korban. Beberapa bentuk Bullying adalah sbb:

  1. Bully Verbal, seperti: Gosip, Celaan, Fitnah dsb;
  2. Bully Non-Verbal, seperti: melihat dengan tatapan sinis, dsb;
  3. Bullying Relasional, seperti: persekusi, pengucilan, dsb;
  4. Bullying Fisik, seperti: mencekik, menendang, dsb;
  5. Cyberbullying, seperti: mengirim pesan negative di social media, dsb.

Kita dapat mencegah prilaku bullying dengan cara-cara sebagai berikut:

  1. Dimulai dari keluarga;
  2. Memberikan perhatian dan kegiatan positif terhadap anak;
  3. Memahamkan tentang apa itu Bullying sedini mungkin;;
  4. Komunikasikan dengan pihak sekolah;
  5. Bekali anak untuk bisa mencegah Bullying di sekolah dengan 5 langkah (5JARI), yaitu:
  6. Abaikan dan pergi;
  7. Abaikan dan pergi;
  8. Katakan aku tidak suka ini;
  9. Ceritakan (kepada orang yang anak perrcaya);
  10. Laporkan.

*NB: Isi Tanya Jawab resume ini 100% hasil copy – paste diskusi dari kulwap yah, tidak ada penambahan apapun.

Jadi bagaimana Ibu Hebat, sudah paham tentang Bullying, untuk lebih lanjut mari kita simak tanya jawab berikut ini:

  • #tanya-risya-Anak tetangga saya (perempuan – 7thn)  sering dan selalu melakukan bullying secara verbal ke kedua anak saya, reaksi dari si kk (cowo – 9thn) dia lgsg minder dan selalu nanya “bun, qo aku dibilang nakal sama dia kan aku lg ga ngapa²in” krn kebetulan si kk sensitif anaknya jdlah dia ga pernah mau main keluar kalo anak itu ada. Namun reaksi dr anak saya yg kedua (perempuan 5thn) itu saat dibully dia bales lagi anaknya itu walo lama² dia nangis pulang ke rumah,efek buruknya adalah dia jd meniru cara bullying anak yg td itu ke temennya yg lain.

Pertanyaan pertama:

Apa yang harus saya lakukan terhadap kedua anak saya krn penangannya butuh yg berbeda kan, yg 1 agar bisa berani dan yg kedua agar tidak meniru lagi (apa boleh saya larang mereka berdua bermain?)

Pertanyaan kedua:

Perlukan saya memberi tau kelakuan anaknya tetangga itu pada ibunya? Krn kalo di depan orang tuanya anak itu baik sekali tdk pernah melakukan bullying ke orang2 krn org tuanya dua²nya bekerja.

Terimakasih banyak sebelumnya

Terimakasih mba Risya, kasus seperti yang dialami mba Risya memang agak perlu energi dalam menghadapinya ya mba, apa sebab?

Ada beberapa pihak yang terlibat didalamnya: anak (kakak dan adik), pelaku, orang tua pelaku. Penyelesaian kasus seperti ini juga harus bertahap dan hati-hati tidak gegabah dan memerlukan waktu yang tidak sebentar.

Pertanyaan yang pertama: sebaiknya dilakukan adalah lebih fokus ke anak sendiri dulu ya mba. Kalau melihat karakter kakak dan adik, sebaiknya kakak dulu yang harus dikuatkan. Tumbuhkan self defence (kemampuan pertahanan dirinya) untuk berani mengatakan “saya tidak suka ini” (tidak suka bullying yang dia terima. Sounding terus dan besarkan hatinya mba. Seperti dalam materi ada tips untuk melawan bullying menurut ahli dengan melakukan aturan 5 jari : 1. abaikan dan pergi, 2. abaikan dan pergi, 3. katakan aku tidak suka ini, 4. ceritakan (kepada orang yang anak perrcaya), dan 5. laporkan. Seperti yang mba sampaikan adik sudah memiliki pertahanan diri yang cukup baik meski akhirnya dia kadang nangis, tapi modal itu cukup efektif jika mba risya bisa terus meyakinkan adik dan membesarkan hatinya untuk lebih berani berkata tidak terhadap bullying. Yang menjadi catatan adalah kita tidak mengajari anak melawan dengan melakukan hal serupa ya tetapi lebih ke melawan tindakannya.

Kemudian bagaimana cara biar tidak meniru? Nah disini peran orang tua sangat diperlukan, saat anak merekam tindakan kurang baik orang tua baik ayah dan ibu harus menjadi “penagawas dan pembimbing” anak kita. Didik anak untuk bisa membedakan mana perbuatan baik dan buruk. Apa resiko jika kita melakukan hal serupa?

Contoh: “adik gimana rasanya diganggu? sedih ga? marah? sakit? Nah kalau adik melakukan hal kaya gitu, kira-kira temen adik juga merasakan yang adik rasakan tidak? Nah sebaiknya adik banyak menolong teman aja.”

Mba juga bisa menyampaikan dengan bahasa yang lebih mudah, misal dengan mendongeng terus diselipkan pesan-pesannya.

Pertanyaan yang kedua:  jika bullying itu sudah mengarah ke hal yang berbahaya dan serius baiknya ya dikomunikasikan, tetapi jangan serta merta melaporkan tetapi mba harus mengumpulkan bukti sebanyak-banyaknya mengingat si anak kalau didepan orang tuanya manis dan baik. Bisa direkam atau difoto. Jangan sampai tindakan kita justru malah menimbulkan persoalan baru. Kebanyakan kasus saat kita berusaha menyampaikan ke orang tua pelaku adalah orang tua pelaku tidak terima dan malah muncul persoalan baru. Tentu kita harus bisa menajga silaturahmi ya mba dengan tetangga. Sampaikan jika ada kesempatan dengan cara yang baik dan solutif.

  • Tanya-Yuniarih-Kasus bullying memang bnyk skali yaa bun skitar kita. Tp yaa itu kadang kita sbagai org tua menanyakan langsung nah anak tersebut tidak mau mngakui nya. Malah apa yg kita tnya d adu lg k org tua nyaa. Itu gmn yaa cara menanggapi nya. Sdgkn org tua ny aja gak mao anak ny dsalahin… Ini kasus ada pada ponakan saya.

Betul banyak contoh dan kasus yang saya temui sama persis. Jadi banyak kasus bullying tidak selesai karena kurang bijaknya sikap orang tua yang terlibat dalam menanggapi kasus tsb.

Banyak sekolah atau pihak ketiga yang berusaha menengahi akhirnya menyerah karena tidak ada itikad baik dari para orang tua.

Jadi catatannya adalah kita sebagai orang tua di era sekarang memang butuh banyak belajar melihat masalah secara objektif.

Bukan malah mengedepankan perasaan alias baper.

Yaa bun malah timbul ny permusuhan antar orgtua, yg bilang ny anak ny slalu dsalahin. Pdhl anak ny sendiri yg gak mau d ajarin.

Memang sulit ya Bu saya pun akan sedih dan emosi kalo anak saya dibully tapi sebagai ortu harus menunjukan sikap yang solutif karena anak akan melihat dan meniru apa yang kita lakukan.

Yaa bun terkadang sya bilang ke anak saya sendiri. Lbh baik kmu diam jgn bnyk komentar. Abai kan apa yg dia omong.  Jgn ada kata kata yg buat dia sakit hati lg. Nti timbul nya. Ngadu k org tua nya.

Ya mba.

Kasus terakhir yang saya temui kemarin, sampai hari ini belum juga ketemu titik temu. Ortu pelaku yang dituduh sampai melukai mencakar korban ternyata melakukan bullying kepada anaknya.

Bahkan sampai bilang “mamah malu punya anak kamu”

Sedih sekali saya melihat anak tsb.

Anak tsb anak yang baik tapi kontrol emosinya kurang karena dirumah sering diperlakukan ortunya begitu sehingga dia di cap sebagai trouble maker.

Demi sbuah nama baik bun anak yg jd korban.

Bahkan banyak ahli menyebutkan bahwa presentase paling besar menjadi pelaku bullying adalah orang tua, terutama ibu.

  • #tanya – Arri Widi -Tentang Bullying non-verbal dan relasional.

Baru saja anak pertama saya mengalami nya kemarin, dan perilaku ini sungguh tidak diduga datangnya, jadi ketika teman anak saya merasa tersinggung atau suatu saat tidak dituruti maka dia akan mengucilkan anak saya, dan juga dengan tatapan sinis.

Pertanyaan saya:

  1. Bagaimana cara mengatasi ini, kebetulan saya juga termasuk guru TPQ teman anak saya ini, saya pernah langsung negur, tapi dikemudian hari seperti itu lagi, apakah efektif jika sata tegur lagi? Atau bagaimana saya sebaiknya bersikap agar hal seperti itu tidak terulang ulang lagi?
  2. Sebagai orang tua yg mendapati anaknya kena bulying, bagaimana sikap saya pada anak agar Si anak tidak terpengaruh oleh sikap teman teman temannya tsb, krn hal itu benar benar menurunkan mental dan semangat anak
  3. Untuk teman anak saya yg suka bulying ini, krn saya tahu kalo lapor pada ortu nya pasti akan mengelak dan membela anaknya maka saya tidak akan lapor ortunya, tapi saya harus berkonsultasi pada siapa supaya ortu ini tahu bahwa sikap anaknya yg sebenarnya bagaimana? Terimakasih, semoga bisa terjawab semua.

Bullying jenis ini memang sulit untuk di ketahui, perlu kepekaan tinggi untuk bisa mengetahui dan menganalisisnya dan biasanya banyak terjadi pada anak-anak perempuan, karena kecenderungan perempuan lebih aktif di verbal dan perasaan. Menyelesaikan kasus bullying ini harus secara menyeluruh karena tindakan bullying ini melibatkan banyak pihak (seperti yang saya sampaikan pada jawaban mba risya). Karena kejadian ini ada di sekolah mungkin penanganannya berbeda, lebih bisa dikondisikan.

Bullying ini tidak bisa berkembang jika lingkungan dan iklim di sekolah nyaman dan baik untuk anak-anak. Jika sudah muncul kecenderungan seperti yang mba ceritakan sebaiknya langkah pertama yaitu dengan melakukan pendekatan dengan pelaku (bukan dengan menegur langsung ya) tetapi lebih memberikan perhatian. Karena sebenarnya anak-anak yang melakukan bullying adalah anak yang sedang mencari perhatian. Cobalah korek cerita dari anak tersebut kenapa dia melakukan hal-hal seperti itu. Tentu ibu-ibu yang hebat ini sudah tahu ya kalo anak adalah peniru ulung. Cari tahu apa yang melatarbelakangi dia melakukannya. Sambil terus mba berikan nasehat-nasehat dengan bahasa yang bisa mereka pahami.  Contoh: dengan permainan untuk mengasah kepekaan anak-anak, menumbuhkan kasih sayang, saling memperhatikan sesama teman.

Pertanyaan ke dua: selalu siap mendengarkan cerita anak mba, dampingi dan yakinkan anak bahwa ada ayah dan ibu yang sayang sama dia. Sampaikan dan ajarkan dengan aturan 5 jari yang saya sebutkan sebelumnya mba. Tentu jangan ketinggalan dengan terus berdoa agar selalu dijaga dalam kebaikan.

Pertanyaan ketiga: perlu menyempatkan waktu untuk mengkomunikasikan hal ini dengan para wali siswa mba. Sekolah, orang tua dan masyarakat harus terjalin komunikasi yang efektif. Atau jika di sekolah mba punya Psikolog, bisa kosultasi dengan psikolognya mba. InsyaAllah sesuai dengan kompetensi mereka. Sekolah harus memfasilitasi kasus seperti yang mba sampaikan. Sekolah lebih punya wewenang untuk menyampaikan perilaku anak-anak kepada orang tuanya.

Dan Ini bukan di lingkungan sekolah tapi TPQ atau masjid.

Oh baik, ya mba. Lingkungan pendidikan juga ya tapi informal dan ini tantangannya lebih besar ya.

Karena usia mereka heterogen tidak seragam.

Tantangan lainnya adalah tidak adanya kebijakan dan aturan yang mengikat.

Iya mba bener susah saya Kalo masalah yg beginian muncul.

Hehe. Bisa membayangkan saya Mba, karena Bullying inikan memang karena ada kesenjangan kekuatan.

Nahhh yg tentang psikolog itu sebenarnya saya juga udah kepikiran, ini utk ibunya si anak harusnya krn memang benar anak itu secara ga langsung meniru perilaku ibunya.

Nah ini jadi catatan mba.

Kalau memang serius mau ditangani langkah paling tepat adalah melakukan pendekatan dengan ibunya.

Duhhh mba, ortunya ini kayaknya sudah anti sama saya hahahaha krn kebetulan si anak bukan murid saya langsung jadi si ortunya ini ga pernah mau konsultasi sama saya dan parahnya ortu anak ini sudah merasa yg paling bisa mba.

Krn jenis bullying ini terselubung bahkan ustadzah yg mengajar langsung saja ga tahu kalo hal ini terjadi. Bahkan pernah murid lain itu sampai sdh ke fisik tapi ustadzah nya ga tau. Saya taunya dari ortu korban, dan si korban ga bolehin ortunya utk lapor krn takut nanti malah semakin dijauhin. Saya prihatin banget mba. Gimana caranya biar kejadian begini ga ke ulang ulang terus.

Si pelaku berarti pintar dan manipulatif ya mba.

Kalau korbannya banyak coba dikumpulkan bukti mba.siapa saja yang pernah jadi korban dan bentuk bullying-nya bagaimana.

Kumpulkan data sebanyak2nya, kemudian usahakan komunikasi dengan para ustadzah atau pihak yang berwenang di TPQ tsb kemudian cari penengah untuk bisa mengkomunikasikan hal ini dengan orang tua pelaku.

Iya ini juga pernah dilakukan tapi pihak kami para Dewan Guru ustadzah memutuskan utk melimpahkan masalah ini ke “sesepuh” Krn takut jadi panjang dan menyinggung ortu yg bersangkutan.

Ini permasalah yang juga sering saya temui mba, dengan alasan kurang enak dan takut menyinggung akhirnya semua menggantung dan tidak ada penyelesaian. Memang menyelesaikan kasus bullying perlu kesadaran dari semua pihak.

Sekarang prioritas saya adalah anak saya saja mba, biar tetap semangat ngajinya dan merasa mendapatkan perlindungan, ini cara yg tepatnya gimana ya mba?

Hadir terus dan dampingi terus mba.

Buat anak Mba percaya kalau Mba sudah mendapatkan kepercayaannya dia akan dengan senang hati bercerita dengan mba.

Sounding terus dan kasih motivasi terus. Ajak dia berfikir begini. Coba adik buat list temen ngajimu yang baik sapa aja, dan yang jelek dan suka ganggu siapa aja

Ditulis kalo perlu terus kasih tahu kalo hasil temen yang baik lebih banyak berarti itu tidak Masalah, ngaji lanjut. Masih banyak teman yang jauh lebih baik dan mau bermain dan berteman dengan adik. Insya Allah berhasil mba. Sudah banyak yang nyoba cara ini. Anak akan berfikir sendiri.

Nah kalo yg jelek lebih banyak gimana? Krn follower yg jelek ini yg banyak

Biasanya follower itu karena takut mba. Takut dia yang dibully. Kalo terjadi begitu list sikap baiknya. Bukan orangnya.

  • #tanya-vica-Mba mau tanya, saya seorang ibu rumah tangga dan saya juga kuliah di salah satu universitas swasta di jkt dan mengambil gelar Sp.d juga seperti mba, beberapa semester lalu saya mendapat pelajaran tentang “body shaming” menurut mba apa perbedaan body shamming dan bullying ini sendiri ? Porsi manakah yg lebih parah akan dampak dan hal2 lain nya? Dan sudut manakah perbedaan itu tampak berbeda antara body shamming dan bullying?

Kebetulan anak saya adalah blasian (blackAsian) dimana saya menikah dgn wna berkulit hitam anak sayapun hitam, menurut mba untuk menghindarkan bullying lebih baik anak saya disekolahkan yg memang setara sama dengan dirinya atau membiarkan dia sekolah di tempat sekolah umum?

Body shamming adalah bagian dari bullying. Masuk ke jenis bullying apa? bullying verbal. mudah membedakannya yaitu syarat terjadi bullying adalah terjadi pengulangan. Jadi jika body shamming dilakukan sekali itu bukan bullying, tetapi sudah teramsuk tindakan body shamming. Tekait dampak tergantung pada penerimaan korban mba, ada yang dibilang gendut jelek dll masih enjoy dan bahagia karena mindset-nya sudah di atur sedemikian rupa. Penerimaan dirinya sudah baik, jadi apapun yang orang lain sampaikan tidak terlalu berdampak buruk, mungkin saja risih, sedih tetapi tidak sampai stress dan depresi. Berbeda dengan orang yang penerimaannya sensitif, dia akan berlama-lama bersedih dan sibuk menyenangkan orang lain. akhirnya yang terjadi dia stress bisa sampai depresi. Jadi kembali ke penerimaan diri sendiri mba. Kalau itu terjadi pada anak kita sebaiknya kita harus tumbuhkan rasa percaya diri pada si anak, memang memerlukan waktu ya bu. Saya contohkah pada anak saya, anak saya anaknya bongsor usia 8 tahun sudah tinggi besar karena memang keturunan, sering kena body shamming bahkan dari keluarga sendiri. Sering saya tanya “kakak sedih ga dibilang gemuk dll?”, kadang dia jawab biasa aja, kadang sedih, marah. Disitu saya mencoba masuk untuk menguatkan “tidak apa-apa badanmu Allah kasih sehat kak, disyukuri dan dijaga. Terpenting adalah kamu menjadi anak sholehah, baik, pintar, dan PD. Kalau besok dibegitukan lagi coba sampaikan ke orang yang ngomong kalau kakak tidak nyaman dan tidak suka dengan apa yang mereka katakan. Kalau tetap dilakukan abaikan dan doakan yang baik.

Sejauh ini anak saya tetap PD dan nyaman. Akan tetapi dengan catatan namanya perasaan kadang fluktuatif, jadi harus terus didampingi jangan lelah untuk sounding terus. Peran ayah dan ibu sangat penting pada kasus seperti ini.

Pertanyaan terakhir apa baiknya disekolahkan di sekolah yang setara dan sama? atau umum?. Begini mba dimanapun perilaku bullying akan kita temui, karena bullying seperti lingkaran syetan sulit untuk ditumpas, ikhtiar kita adalah mencegahnya. Di manapun sesempurna apapun lingkungan yang kita anggap paling baik tidak akan terhindar dari tindakan bullying. Memilih sekolah adalah tentang keyakinan dan kepercayaan. Semua kembali kepada keputusan mba dan keluarga. Terpenting adalah menguatkan anak untuk siap menghadapi dunia luar. Menanamkan pondasi yang kuat insya Allah anak akan siap menghadapi tantangan lingkungan.  Terlebih khusus menghadapi bullying, tumbuhkan self defence dan ajari aturan 5 jari tadi mba. Komunikasi yang sehat di tengah keluarga menjadi salah satu cara anak untuk siap menghadapi dan menghindari bullying baik sebagai pelaku ataupun korban.

Bagaimana kalau si anak termasuk anak yg penakut untuk menjawab bullyingan tersebut mba dan si anak jauh dari jangkauan kita?

Anak penakut bisa disembuhkan mba.

Tumbuhkan terus keberanian dalam dirinya, sebagai orang tua kita beri support penuh.

Jauh dari jangkauan maksudnya jarang bertemu kah mba?#mohon maaf jika kurang berkenan.

Pelaku bullying akan berfikir dua kali mau membully jika calon korban punya self defence yang baik. Ada keberanian untuk bilang tidak! atau aku tidak suka dengan ini.

Tidak mba, semisal dia berada di sekolah nya dan saya tdk bisa mengawasi nya.

Alhamdulilah ya, semua orang tua merasakan hal yang sama mba. Kita harus menyadari bahwa kita tidak bisa mengawasinya setiap waktu.

Terkadang ketika dia terlelap tdur malam nya saya suka bertanya dalam hati “nak apa besar nanti kamu bakal aman dan selalu bahagia terlepas dari jangkauan mamah”.

Betul mba. Saya pun merasakan hal yang sama. Tapi tugas kita menjadi orang tua adalah menyiapkan anak untuk siap menghadapi dunia. Sampaikan ke anak bahwa diluar sana kita akan bertemu dengan berbagai macam karakter orang. Ada yang baik ada yang jahat, atau apapun. Ceritakan kepadanya bahwa kamu akan terus tumbuh dan kelak akan menemukan kehidupan sendiri tanpa selalu ada mamah. Anak harus mandiri secara mental. Caranya ya dengan terus mendidiknya dengan baik.

Latih keberanian dan kepercayaan diri mba. Dan jangan lupa sertakan doa terbaik ya mba.

  • #tanya- Ann Julianti-
  • Apakah penanganan yang efektif untuk anak korban bulling atau shaming?
  • Apakah yg harus kita lakukan untuk pelaku bulling agar mereka tidak melakukan perbutan itu kembali?
  • Kadang anak korban buling atau shaming akan membawa dampak dimasa depan mereka. Bagaimana tindakan kita sebagai orangtua?
  • Penanganan paling efektif untuk korban bullying dan shamming adalah
  • Memberikan perhatian lebih kepada korban bullying,
  • Pulihkan rasa percaya dirinya, dan sembuhkan luka hatinya dengan memberikan kasih sayang baik dari ayah dan ibu.
  • Selain itu jalin komunikasi dengan pasangan secara intens untuk meyamakan persepsi dalam menghadapi anak korban bullying.
  • Kita juga harus memberikan kebebasan kepada anak untuk menyelesaikan masalahnya sendiri dengan pengawasan dan bimbingan orang tua, jangan dulu ikut campur terlalu dalam masalah anak kecuali jika sudah diperlukan. Berikan bantuan kepada anak pada saat yang tepat, jangan langsung bereaksi sesaat ketika anak kena bullying semisal dengan mendatangi pelakunya dan marah-marah (hal tsb akan menambah masalah baru). Jika kasusnya perlu ditangani serius mintalah pihak ketiga untuk menengahi agar tidak terjadi konflik yang lebih luas.
  • Yang terlibat bullying itu ada korban, pelaku, dan saksi mata. Tempat terjadi bisa dirumah, lingkungan sekolah, keluarga besar, dan di lingkungan masyarakat. Nah menangani pelaku bullying tidak semudah menangani korban bullying. pelaku biasanya adalah anak-anakbermasalah, bisa jadi dia juga merupakan korban bullying di lingkungan keluarga sehingga menyalurkan energi dan kesedihannya dengan ang terlibat bullying itu ada korban, pelaku, dan saksi mata. Tempat terjadi bisa dirumah, lingkungan sekolah, keluarga besar, dan di lingkungan masyarakat. Bisa jadi dia juga merupakan korban bullying di lingkungan keluarga sehingga menyalurkan energi dan kesedihannya dengan melakukan hal yang sama kepada orang lain. Untuk menyelesaikan masalah ini biasanya semua pihak harus terlibat orang tua korban, orang tua pelaku dan pihak sekolah sebagai penengah. Mencari solusi dan titik temu terbaik. Kasus seperti ini sering kami temui biasanya mentok solusinya karena masing-masing orang tua baper dan tidak ada yang mau mengalah sehingga sering pihak sekolah bingung mengambil keputusan. Treatment diperuntukan untuk semua pihak yang terlibat tanpa kecuali jika semua bisa bijak menerima masukan dan ingin mencari solusi bersama insyaAllah tindakan bullying bisa tertangani termasuk bagi pelakunya.
  • Selalu berusaha menjadi orang tua yang siap mendengarkan cerita, dan memberikan motivasi kepada anak-anak kita. Pahamkan anak tentang bullying dan dampaknya. Berikan contoh dan tauladan baik kepada anak-anak kita bagaimana saat menyelesaikan masalah. oh ya mba jika diperlukan penanganan ahli karena dampak yang ditimbulkan akibat bullying itu serius, segera hubungi psikolog atau psikiater jika diperlukan.

Terimakasih tanggapannya mbak alhamdulillah saran Mbak Septi sdh saya jalankan. Masalh bullying ataupun bodyshaming sdh menjadi makanan sehari2 di kehidupan masyarakat tinggal bagaimana kita sebagai ortu dan orang dewasa menanggapi dan menyelesaikannya dengan bijak. Tidak hanya faktor contoh atau meniru yg ulung anak-anak dari ortu, lingkungan sekitar tapi juga dari TV yg harus benar-benar kita yg mengsortirnya dan memberikan penjelasan dengan bahasa anak yg akan mudah dimengerti oleh anak-anak.

Betul Mba. Tontonan Anak2 sekarang harus betul2 diawasi bahkan konten kartun pun kadang bermuatan kekerasan dan pornografi jadi jelas dalam hal ini peran orang tua sebagai filter harus maksimal. Termasuk game online dll. Ada kasus yang kami temui Anak2 agresif membully setelah di desak dan di interogasi ternyata meniru adegan games.

Oh ya mbak sebatas mana pengaduan dan perlindungan korban body shaming dan juga bulling bisa sampai keranah hukum?

Aturan hukum ttg body shamming memang sudah diberlakukan Bu ibu. Silahkan buka Mbah Google. Kalau batasannya tergantung penerimaan korban Mba jika itu membuatnya terusik bisa dilaporkan dan dijerat dengan aturan UU tsb.

  • #tanya – Lenni Rachma-Anak saya perempuan (4,4 th)

Punya teman dari sekolah TPA nya. Temannya ini anak perempuan (6th). Awalnya mereka hampir tiap hari main bareng disekitar rumah, kadang main dirumah temannya itu.

Baru beberapa Minggu ini anak perempuan saya ngeluh ga mau main lg dgn temennya itu, katanya jd jutek dan ga bolehin main dirumahnya lagi. Kalau ketemu, anak saya kaya ga mau liat dan buang muka pd temannya itu. Dan temannya itu pun jd bersikap dingin pada kami, ga seperti sebelumnya ramah bgt. Bahkan anak saya ga di undang pas Ultah temannya itu, padahal anak saya satu kelas di sekolah, ibunya bahkan bagi2 undangan ultah didepan saya, tanpa merasa bersalah sedikitpun (walaupun terlihat agak kagok sama saya). Saya dan anak2 ga merasa pernah punya salah, karena saya sendiri jarang bertemu dan ngobrol dgn ibunya, anak2 saya tipe anak yg supel dan friendly sama temen2nya. Perubahan sikap temennya ini dan sikap ibunya yg seperti tdk ada apa2, tp Ultah ga ngundang anak2 saya, jd bikin saya bingung.

Saya dan ibu anak itu masih baik2 saja, masih saling sapa klo berpapasan. Tp dlm hati saya, ko’ bisa tetep baik diluar padahal dia sudah sgt menyinggung saya

  1. Anak saya pernah ngeluh klo temannya itu pernah dorong dan bikin gerakan seperti mau memukul jidat anak saya. TP lalu anak saya tdk mau bahas lagi, padahal saya mau tau siapa yg salah. Apa yg hrs saya lakukan utk tau masalahnya?
    1. Saya ingin tetap baik pd siapa pun, apakah tdk masalah jika saya perlihatkan sikap baik saya kpd teman anak saya dan ibunya itu (maksudnya utk kasih contoh baik pd anak saya), padahal mgkin anak saya pernah merasa kecewa oleh mereka? Apa yg hrs saya perbaiki terlebih dahulu?

Umur teman bermain dengan anak Mba berbeda agak jauh ya mba, secara kekuatan sudah bisa dipastikan teman anak Mba lebih dominan.

Jika ingin mengetahui dan mengorek cerita sebenarnya bisa dengan mengajak anak Mba ngobrol santai Mba, atau dengan menganalogikan cerita lain, semisal dongeng hewan2. Buat anak Mba percaya dan nyaman dengan Mba, jika sudah mendapatkan kepercayaan anak, dia akan dengan senang hati bercerita apa yang sebenarnya terjadi.

Memang betul untuk sementara konsentrasi dan fokus untuk mengorek cerita dari anak Mba dulu, jika perlu kumpulkan bukti dulu sebanyak2nya. Kemudian jika Mba ingin menyelesaikan dengan orang tua pelaku juga baiknya tidak langsung to the point. Bisa dengan Mba lebih dulu bersilaturahmi ke rumah dengan membawa masakan andalan. Hehe.

Saya yakin apa yang dilakukan orang tua teman anak Mba karena permintaan si anak. Meskipun secara idealnya tidak seharusnya dilakukan ya.

Orang tua seharusnya memberikan contoh yang baik, tidak menuruti apapun yang diminta anak apalagi terkait dengan perilaku dan adab.

Pertanyaan poin nomor 2 sudah tepat Mba. Justru kesempatan ini adalah kesempatan baik untuk memberikan teladan baik kepada anak Mba khususnya bahwa bagaimanapun kita diperlakukan tidak baik, tidak salah jika kita memaafkan dan kita memulai menjalin silaturahmi. Resiko mau diterima atau tidak oleh orang tua teman anak Mba tsb sebagai hasil akhir yang tidak perlu dirisaukan, terpenting niat kita baik. InsyaAllah semua akan kembali baik Mba.

  • #tanya-winda- Anak temen saya (TK) dicakar ama temennya ampe luka. Lalu temen sayaaa ini lapor k guru, namun guru hanya mnta maaf sampai kejadian 2x, dan akhirnya dia malah bilang ke anakny “klo ad yg jahatin kmu, ambil batu lalu pukul”. Wadaaww. Klo kondisi kek gini gmn ya bu?

Sebenarnya konteksnya betul ya. Lawan jika kamu disakiti tapi caranya dan pilihan katanya yang kurang tepat. Tanamkan dengan aturan 5 jari tadi Mba. Memang tantangan terberat kami adalah saat kasus seperti itu pihak sekolah tidak memberikan solusi. Karena tidak ingin Masalah melebar. Sering sekolah menawarkan damai dan tutup mulut. Agar kasus tidak keluar dan mempertaruhkan nama baik. Tantangan lain adalah paradigma salah karena menganggap kasus serupa adalah kenakalan anak biasa. Sering tidak ibu2 dengar “ah biasa itu Anak2”, “Anak2 ya begitu”, “Atau namanya juga anak2” Dll. Nah padahal itu jika dibiarkan bahaya.

Nah itu dia bu. Memaklumi kenakalan salah bgt yaaa. Sama kek sodara suami saya.  Dia mmaklumi tingkah anakny, yg mnurutku trmasuk bully. Anakny cew sjak usia 3th (skrg 4th) d skolah dia jd “ketua genk”. Temen2nya nurut aja apa kata dia. Cntohny dia mukul temennya trs dinasehati mamanya, dia jawab gini “aq cma bercanda mami”. Padhal temenny udh nangis. Aq ngeri2 dia klo udh gede. Dbiarin dg kebranian dia kek gini justru jd pelaku bully lho bu. Maminy ga kpikiran ampe situ, justru saya.

Betul Mba. Ini harus dibisiki nih mami papinya Mba. Jangan sampai berlanjut sampai besar.Karena kalau di fasilitasi akan semakin menjadi. Padahal peran parents sangat krusial dalam tahap perkembangannya.

Oh ya bu utk 5jari kenapa “abaikan dan pergi” ada dtahap 1 dan 2 ya?

Ya sebagai reaksi pertama kali dibully mba.

Harapannya bisa memberi efek kepada pelaku. Jika yang di bully sudah bersikap begitu pelaku akan berfikir ulang membully calon korbannya. Kajian tersebut dari ahli yang kompeten Mba kalo tidak salah ini adopsi dari seorang psikolog dari luar negeri. Saya lupa sumbernya.

  • #tanya-Hanna-Anak saya umur 8 tahun, sering bgt klo main ketakutan gak ditemenin sama teman bermain nya, jd klo ada salah satu yg minta pinjem mainan atau minta diantarkan kesana kemari gak dituruti suka diancem gak diajak main, apakah termasuk bullying atau gak yah, terkadang bingung mau menengahkannya sama anakku.

Ya mba kalau kejadian ini tidak satu kali tapi berulang itu termasuk bullying

Setiap mereka main kejadiannya dan ortunya juga cuek klo anak mereka berprilaku seperti itu, malahan anak saya klo salah langsung diserbu sama anak dan ortu si anak tsb,,tp klo anaknya salah mereka diem ajj tanpa merasa bersalah?

Ya ini harus dikomunikasikan Mba.

Jangan sampai berkepanjangan.

Tentu dengan kepala dingin biar solutif.

Kira2 gimana yah caranya supaya anak saya dan temannya bisa saling menghargai satu sama lain, dan ortu dr temannya bisa mengerti klo tindakan mereka salah.

Buka komunikasi Mba dengan orang tuanya bisa dengan banyak cara.

Kalau dengan anaknya langsung bisa dengan melakukan pendekatan dan kemudian diingatkan.

Semisal Mba memergoki mereka begitu

“Ayuk berbagi kalau mainan, jangan berebut” dll sesuai konteks. Tidak menggurui tapi memberi contoh langsung sambil kasih nasehat.

Demikian resume kulwap kita, dan ada pesan dari Bu Septi “Bullying memang tidak bisa hilang lenyap seketika tapi usaha terbaik kita adalah mencegahnya mulai dari dalam rumah.Mari bergandengan tangan untuk saling mengingatkan, saling belajar menjadi ibu yang peduli buah hati dan terkhusus peduli dengan isu bullying. Terus bergerak untuk peduli bullying.

Sekian resume kulwap yang bisa kami sampaikan, sampai jumpa di kulwap selanjutnya yah!

Leave a Comment