Posted on: July 25, 2020 Posted by: Ibu Hebat Comments: 0

Ditulis oleh :  dr.Fatia Anindita

Beberapa waktu yang lalu, beredar sebuah cuitan dari akun Twitter seseorang yang isinya menyatakan bahwa menyusui merupakan piihan seorang ibu, berdasarkan hak atas tubuh nya. Tweet ini beredar hingga ke Instagram dan mengundang berbagai macam respon. Beberapa ada yang pro, tetapi banyak sekali yang kontra. Dan tidak sedikit yang me-repost sehingga opini semacam ini meluas dan mengundang lagi opini yang lebih beragam.

Well, sebenarnya, opini seperti ini sah-sah saja untuk diutarakan. Namanya juga opini, isinya tentang pendapat yang didasari oleh suatu kondisi atau pengalaman seseorang. Bisa saja, pembuat opini ini mengalami suatu kondisi yang tidak ’mendukung’ dirinya untuk menyusui sehingga beropini demikian. Yang menjadi masalah adalah ketika yang membaca tidak mampu ‘mencerna’ dengan baik opini tersebut, sehingga salah dalam pemahaman yang nantinya bisa saja menyesatkan.

Jika dilihat dari seberapa penting menyusui itu dilakukan, kondisi ini bisa dipandang dari dua posisi, posisi bayi dan juga ibu. Bagi seorang bayi, ASI ini harga mati. Ketika seorang bayi lahir, hidupnya baru saja dimulai. Bayi belajar untuk survive dan yang dibutuhkan oleh bayi baru lahir adalah ibu dan juga ASI nya. Udah, titik. Ibaratnya, kayak… ya kayak  apa ya, gak ada ibaratnya. Pokoknya bisa dibilang, yang support utama bayi baru lahir ya ASI.

Lalu, jika dilihat dari sisi advantage dan disadvantage, dalam kondisi normal dan wajar, juga bisa dilihat dari dua sudut pandang. Normal dan wajar yang dimaksud adalah ASI ibu ada dan bayi mampu menyusui. Bagi bayi, keuntungannya sangat banyak. Mulai dari efek ke saluran cerna, tentang kandungan nutrisi nya, untuk kesehatan organ lainnya seperti telinga, kesiapan rahang untuk mulai belajar makan nantinya, sampai memberikan dampak pada perkembangan emosi nya juga, lho.

Lalu, ada kerugiannya gak sih untuk bayi minum ASI? Hehe, mohon maaf, jawabannya gak ada! Tidak ada yang merugikan bagi bayi untuk meminum ASI, kecuali pada kondisi-kondisi tertentu. Yaiyalah, bagaimana bisa ada, kalau bagi bayi itu sendiri ASI ini harga mati. Justru dengan ASI ini, hal-hal yang dianggap menjadi masalah ketika bayi baru lahir dapat di selesaikan. Mengingat proses menyusui ini adalah proses alamiah dan naluriah, maka kembali lagi, ciptaan Tuhan sangatlah sempurna dan penuh makna dan hikmah. Maka, percayalah bahwa ASI ini adalah yang terbaik bagi bayi.

Nah, ketika perkara advantage dan disadvantage dibahas dari sudut pandang ibu, ini yang menjadi seru. Jawabanya sangatlah beragam. Kadang menimbulkan pro kontra seperti kasus ini. Kalau membahas rugi nya menyusui, pasti buanyak banget. Ada yang berpendapat kalau menyusui itu susah, sakit, bikin gak bisa kemana-mana atau ngapa-ngapain, merubah bentuk payudara, gak bisa bagi tugas sama pasangan,  dan masih banyak lagi. Bahkan, kadang kalau sedang membahas kesulitan saat menyusui, mayoritas ibu-ibu akan jadi curhat colongan dan ceritanya bisa panjang kali lebar,alias meluas hehe…

Kembali lagi melihat isi opini tersebut, sulit dipahami memang apa yang melatarbelakangi opini tersebut dapat muncul. Kecuali, ada penjelasan sebelumnya yang menjelaskan sedikit tentang profil atau mungkin pengalaman si pemberi opini tersebut. Maka sebagai dasar tulisan ini dibuat, kita melihat dari mayoritas orang-orang atau netizen  menangkap message dari cuitan tersebut.

Kalau diperhatikan dari isi cuitan, kemungkinan pemberi opini berpendapat bahwa menyusui adalah pilihan seorang perempuan yang menjadi ibu, bahwa dianggap menyusui tidak memiliki aturan yang mewajibkan, dan menyusui adalah sebuah pilihan, boleh ya, boleh tidak. karena tubuh perempuan itu pilihan perempuan juga katanya.

Pertanyaan nya, mengapa menyusui menjadi suatu pilihan bagi perempuan yang menjadi ibu, sementara bayi nya sangat membutuhkan ASI dari ibunya? Lalu, yakin tidak ada aturan bahwa seorang ibu tidak wajib menyusui bayi nya?

Menyusui menjadi suatu pilihan, pasti didasari oleh salah satunya pertimbangan advantage dan disadvantage ini. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, ke-tidak-eanak-an menyusui pasti lebih marak dibahas dibanding dampak baiknya untuk ibu. Bagi ibu yang tidak menyusui anaknya, ancaman masalah kesehatan banyak sekali, seperti terjadinya mastitis bahkan kecenderungan terjadinya keganasan pada ibu.

Padahal, pada kenyataannya, untuk kondisi yang normal dan wajar, menyusui bayi nya adalah kondisi terbaik seorang ibu yang baru melahirkan bayi. Yes, terbaik! Which is, diantara segala  kelelahan dan keletihan seorang perempuan yang menjadi ibu, menyusui bayi nya adalah proses terbaik untuk mengembalikan kondisi seorang perempuan untuk bisa ‘pulih’ seperti sedia kala.

Positive Emotional Experience

Menyusui bisa menjadi pengalaman yang memuaskan bagi ibu. Kontak fisik yang dekat dengan bayi dapat mengurangi tingkat stres ibu dan menurunkan risiko depresi pascapersalinan. Mengapa demikian? Karena dengan menyusui seorang ibu mampu memenuhi apa yang dibutuhkan bayi secara tepat. Apa yang bayi  butuhkan, mampu dipenuhi. Terkadang, depresi pascapersalinan terjadi pada ibu yang baru melahirkan salah satu nya dipicu oleh kondisi bayi yang terus menerus menangis dan sulit dipahami, terutama oleh ibu baru. Dan perlu diingat juga, bahwa depresi pascapersalinan merupakan suatu kejadian berantai. Ketika anak terus menerus menangis, membuat resah ibu, menyebabkan ibu menjadi stress, panik dan tidak tahu harus apa. Padahal, penyebab bayi menangis biasanya karena dua hal, karena lapar atau karena kurang nyaman. Dan kedua hal tersebut dapat dipenuhi dengan proses menyusui.

Menyusui tidak hanya sekedar memberikan makan bayi. Proses menyusui melepaskan hormon oksitosin yang membuat tubuh rileks dan memberikan efek munculnya perasaan bahagia sehingga memberikan pengalaman pengasuhan dan relaksasi bagi ibu. Dengan menyusui, ibu dapat beristirahat sejenak sepanjang hari untuk duduk dengan tenang dan memberi makan bayi. Sediakan waktu santai dan nyaman untuk menikmati momen-momen ini. Meluangkan waktu sejenak dengan duduk kaki tegak, tarik napas panjang, dan munculkan perasaan betapa beruntungnya hal ini dapat dialami. Di saat seperti ini juga merupakan saat yang tepat untuk mempelajari isyarat halus bayi ketika mereka sudah cukup kenyang atau masih lapar. Selain memberikan hormon positif bagi ibu, bayi merasa nyaman dapat dipeluk dekat dengan ibunya.

Good for Financial Condition

            Sama halnya dengan ketika kita menganggarkan living cost dalam keseharian, maka pengeluaran yang pasti akan ada dan harus dipenuhi adalah makanan. Begitu juga dengan bayi. Jika menyusui adalah sebuah pilihan, maka pilih mana antara mengeluarkan sejumlah dana untuk makanan selain ASI, sementara ada ASI yang sifatnya gratis and no worries at all?

Ibu dan payudara adalah sama, maka ASI adalah sumber makanan yang nyaman dan gratis untuk bayinya. Akan jauh lebih mudah ketika makanan untuk bayi selalu tersedia secara konsisten daripada diharuskan membuat susu terlebih dahulu, mempersiapkan media minum yang baik  dengan memastikan botol dalam kondisi steril, memastikan suhu yang tepat agar diterima dengan baik, dsb. Hal ini akan cukup melelahkan. Belum lagi, segala peralatan penunjangnya harus dibeli dan beberapa harganya tidak murah. Menyusui tidak memerlukan persiapan atau pengaturan.

Bayi yang baru lahir memiliki sistem kekebalan yang sangat imatur dan kurang mampu melawan kuman penyebab penyakit. ASI dipenuhi dengan antibodi yang memperkuat sistem kekebalan bayi baru lahir dengan memberikan kekebalan yang melawan kuman dan penyakit yang telah terpapar ibu. Penelitian telah menunjukkan bahwa bayi yang disusui secara eksklusif lebih jarang sakit daripada bayi yang tidak disusui. Perlindungan terhadap penyakit berlanjut bahkan setelah menyusui berakhir, yang akan menghemat uang dalam jangka panjang dengan mengurangi biaya medis dan pengobatan penyakit bahkan setelah masa bayi. ASI mendukung sistem pencernaan yang sehat lebih mudah dicerna daripada susu formula. Ini mencegah adanya gas dan kolik, pergerakan usus yang kurang. bau dan kulit yang teriritasi. Bayi yang disusui juga cenderung mengalami lebih sedikit diare dan sembelit, yang pada akhirnya mengurangi potensi ruam popok yang mengganggu.

WHO juga jelas memberikan anjuran seorang ibu untuk menyusui bayi yang baru lahir hingga 6-12 bulan. Ibaratnya, sama seperti disaat sedang pandemik Covid-19 seperti saat ini, WHO menganjurkan untuk cuci tangan, pakai masker, jaga jarak dan memiliki pola hidup sehat untuk mengindari penularan. Dan sebagai seseorang yang sadar akan kebaikan umat, maka dilaksanakanlah anjuran tersebut. Lalu bagaimana tentang keberlangsungan hidup makhluk kecil yang sangat membutuhkan ASI tersebut, jika menyusui diposisikan sebagai suatu pilihan boleh dan tidak padahal sudah dianjurkan oleh lembaga kesehatan dunia?

Sementara itu, negara kita juga jelas memberikan aturan mengenai hal ini. Berdsarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 128 berbunyi:

  1. Setiap bayi berhak mendapatkan ASI eksklusif sejak dilahirkan selama 6 bulan, kecuali atas indikasi medis.
  2. Selama pemberian ASI, pihak keluarga, pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat harus mendukung ibu bayi secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus.

 

Jadi jelas, bahwa ada aturan yang menyatakan bahwa hak anak untuk mendapatkan ASI selama 6 bulan, kecuai atas indikasi medis. Artinya ada kewajiban ibu untuk memenuhi hak atas anaknya.

At the end, pernyataan bahwa tubuh perempuan adalah hak atas perempuan itu sendiri, memang benar adanya. Lalu, jika ternyata menyusui memberikan dampak kebaikan yang cukup besar untuk ibu itu sendiri, lebih besar hak mana yang harus diperjuangkan, hak ibu atau anak?

References:

  1. “Breastfeeding Overview.” WebMD.
  2. Gill, Karen. “Breast-Feeding vs. Bottle-Feeding: The Pros and Cons.” Healthline, 17 Feb. 2016.
  3. Lucia, Carole Anderson. “20 Breastfeeding Benefits for Mom and Baby.” Fit Pregnancy and Baby, Fit Pregnancy and Baby, 3 Apr. 2017.
  4. Max, Erin. “4 Disadvantages of Breastfeeding.” The Humbled Homemaker, 31 Jan. 2018.
  5. Mennella, Julia, and Lauren Yourshaw. “Breastfeeding and Smoking: Short-Term Effects on Infant Feeding and Sleep.” Pediatrics, 1 Apr. 2008.
  6. Murray, RN, BSN | Reviewed by Meredith Shur, MD, Donna. “What Are the Pros and Cons of Breastfeeding?” Verywell Family, 12 Feb. 2018.
  7. Stöppler, MD Melissa Conrad. “Breastfeeding and Formula Feeding: Problems, Pumping & Benefits.” MedicineNet.
  8. Taylor, Jennifer. “The 7 Unspoken Disadvantages of Breastfeeding.” Mom Tricks, 22 July 2017.

 

Leave a Comment